Training Batch #2: ICFA Perkuat Kapasitas Peternak Bebas Sangkar dari Berbagai Wilayah Indonesia

Training Batch #2: ICFA Perkuat Kapasitas Peternak Bebas Sangkar dari Berbagai Wilayah Indonesia

Yogyakarta, 28-29 Juli 2025 – Indonesian Cage-Free Association (ICFA) kembali menggelar Training Beternak Bebas Sangkar Batch #2 pada 29–30 Juli 2025 di Yogyakarta setelah sebelumnya sukses menyelenggarakan pelatihan pertama pada April 2025 yang disambut dengan antusiasme tinggi.

Pelatihan yang merupakan wujud nyata upaya ICFA dalam meningkatkan kapasitas dan jaringan peternak ayam petelur untuk mengadopsi sistem bebas sangkar yang lebih berkelanjutan dan berwawasan kesejahteraan hewan ini diikuti oleh 18 peserta yang berasal dari berbagai provinsi di Indonesia, antara lain Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sumatera Utara, Sulawesi Tengah, Kalimantan Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Timur. Mereka datang dengan latar belakang yang beragam, mulai dari yang telah menjalankan sistem cage-free atau free-range, peternak dengan sistem konvensional yang tertarik untuk mempelajari sistem cage-free, hingga calon peternak.

Sama seperti pelatihan sebelumnya, selama dua hari pelaksanaan, peserta mengikuti rangkaian pelatihan intensif yang dirancang untuk memperkuat pemahaman teknis dan strategis dalam menerapkan sistem beternak ayam petelur bebas sangkar, yang disajikan dengan menggabungkan pendekatan teori, praktik langsung, dan berbagi pengalaman lapangan.

Pelatihan kali ini menghadirkan pembicara-pembicara yang lebih menarik lagi, seperti Sesotya Raka Pambuka dan Henri E. Prasetyo dari Indonesian Livestock Practitioner Association (ILSPA) yang merupakan praktisi berpengalaman di industri peternakan. Pada kesempatan ini, mereka akan membagikan materi seputar manajemen pakan dan efisiensi nutrisi, khususnya untuk peternakan dengan sistem cage-free. Selain itu, pelatihan juga diisi oleh berbagai pakar lainnya dari Global Food Partners, PT Widodo Makmur Unggas, Fakultas Peternakan UGM serta Certified Humane sebagai lembaga sertifikasi. Peserta juga tentunya berkesempatan menjalankan sesi praktik langsung di Cage-free Innovation and Welfare Hub Yogyakarta, kandang percontohan cage-free yang dikelola oleh Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.

Selain sesi praktik di kandang percontohan, salah satu highlight dari pelatihan kali ini adalah sesi talkshow yang menghadirkan tiga anggota ICFA yang inspiratif. Mereka adalah Roby Tjahya Dharma Gandawijaya, pemilik PT Inti Prima Satwa Sejahtera (IPSS) yang merupakan pelopor peternakan cage-free di Indonesia; Andy Putra Suryanto, pemilik Saudara Poultry Farm, salah satu peternakan cage-free dan free-range terkemuka di Bali; serta Agung Setyoleksono, Ketua Kelompok Ternak Tri Manunggal Bhakti (TMB) yang berlokasi di Cangkringan, D.I. Yogyakarta.

Talkshow Cerita Produsen

Tiga peternak dengan skala dan pendekatan yang berbeda menunjukkan bahwa beternak dengan sistem cage-free dapat dilakukan dengan berbagai cara dan kreativitas. PT Inti Prima Satwa Sejahtera (IPSS), dengan populasi ayam mencapai 48.000 ekor, membuktikan bahwa sistem cage-free bisa dijalankan secara profesional dalam skala besar, tanpa mengabaikan prinsip kesejahteraan hewan.

Sementara itu, Saudara Poultry Farm menerapkan sistem gabungan antara free-range dan cage-free untuk masing-masing 2.500 dan 4.000 ekor ayam. Peternakan ini menonjolkan nilai keberlanjutan dan kearifan lokal, serta membangun kedekatan emosional dengan konsumen melalui cerita produk.Di sisi lain, Kelompok Ternak Tri Manunggal Bhakti (TMB) memperlihatkan bahwa sistem cage-free juga bisa dijalankan secara kolektif oleh kelompok peternak kecil.  Dengan jumlah sekitar 700 ekor ayam, mereka membuktikan bahwa transisi ke sistem bebas sangkar bisa dimulai secara bertahap dan berbasis komunitas.

Tentunya, ketiganya menghadapi banyak tantangan dalam menjalankan usaha mereka. Roby, yang telah berkecimpung di peternakan cage-free selama puluhan tahun, berpesan kepada peternak lain untuk terus belajar dan tidak mudah menyerah. Menurutnya, beternak secara cage-free memiliki tantangan tersendiri yang tidak ditemukan dalam sistem konvensional. Namun saat ini, peternak seharusnya merasa lebih beruntung karena adanya dukungan dari ICFA, sehingga mereka tidak perlu menapaki jalan ini sendirian.

Sebagai penutup, Kristina Yolanda selaku Ketua ICFA menyampaikan pesan kepada para peternak yang ingin terjun ke industri cage-free agar senantiasa menjaga integritas dan kredibilitas sistem ini di Indonesia. Ia menekankan pentingnya tidak mengklaim telur biasa sebagai telur cage-free, karena hal ini dapat merusak kepercayaan konsumen dan mencederai upaya peternak lain yang telah menjalankan sistem ini dengan benar. Dengan menjaga kejujuran dan membangun kolaborasi antar peternak, industri cage-free di Indonesia diharapkan dapat tumbuh secara sehat dan berkelanjutan.

 

Share the Post:
Facebook
LinkedIn
WhatsApp
X
Telegram

Artikel Terkait