Yogyakarta, 14–16 November 2025 – Indonesian Cage-Free Association (ICFA) kembali menyelenggarakan Training Beternak Bebas Sangkar Batch #3, sekaligus menjadi pelatihan terakhir ICFA di tahun 2025. Antusiasme peternak terhadap sistem pemeliharaan cage-free rupanya masih cukup tinggi, terlihat dari jumlah peserta yang meningkat dibandingkan batch sebelumnya. Kali ini, pelatihan dihadiri oleh 25 peserta dari berbagai wilayah, mulai dari Sumatra, Sulawesi, Lombok, Bali, hingga Jawa. Menariknya, tidak hanya peternak yang hadir, tetapi juga akademisi dari berbagai perguruan tinggi, menunjukkan meningkatnya perhatian dunia pendidikan terhadap penerapan kesejahteraan hewan di industri perunggasan Indonesia.
Sama seperti pelatihan batch terdahulu, ICFA memberikan pelatihan dengan materi yang disusun bertahap dan komprehensif. Hanya saja pada batch kali ini, untuk memberikan pengalaman dan ilmu yang lebih optimal kepada para peserta, pelatihan diselenggarakan selama tiga hari. Hari pertama difokuskan pada penguatan aspek teknis pemeliharaan sistem cage-free, mulai dari prinsip dasar, manajemen kandang, hingga kesehatan dan nutrisi, ditutup dengan kunjungan ke kandang percontohan cage-free modern yang telah menerapkan sistem terotomatisasi, sehingga peserta dapat melihat secara langsung bagaimana praktik cage-free dijalankan dengan standar industri terkini.

Pelatihan ini juga menghadirkan dua pelaku industri cage-free sebagai pembicara: Roby Gandawijaya, dari PT Inti Prima Satwa Sejahtera, pelopor peternakan cage-free di Indonesia, serta Rahmat Ardiansyah dari PT Talun Indonesia Baharu. Keduanya berbagi perjalanan, tantangan, dan pembelajaran selama mengembangkan sistem cage-free. Diskusi dengan peserta yang berasal dari latar belakang beragam berlangsung dinamis dan memberikan wawasan praktis bagi peternak yang ingin memulai maupun meningkatkan usaha.
Setelah melihat kandang modern pada hari pertama, peserta kembali memperluas perspektif dengan mengunjungi kandang skala kecil milik Kelompok Wanita Tani di Sleman, Yogyakarta. Kunjungan ini memberikan pesan penting bahwa sistem cage-free dapat diterapkan pada berbagai skala usaha, mulai dari komunitas kecil hingga produsen besar, dirancang sesuai kebutuhan dan kemampuan peternak.
“Saya dulu dari sistem konvensional, jadi transisi ke cage-free itu memang ada tantangannya. Tapi lewat training ini, saya merasa sangat terbantu. Penjelasannya membuat proses transisi jadi lebih mudah dipahami, dan saya jadi lebih yakin untuk menerapkan sistem cage-free.” ujar salah satu peserta. Pelatihan ini menjadi penutup rangkaian program training ICFA di tahun 2025, menandai langkah penting dalam upaya memperkuat kapasitas peternak serta memperluas penerapan sistem cage-free di Indonesia. Melalui kombinasi materi teknis, studi kasus nyata, dan kunjungan lapangan, ICFA terus mendorong terciptanya ekosistem produksi telur yang lebih berkelanjutan dan ramah kesejahteraan ayam.



